KATA
PENGANTAR
Segala
puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan
penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak sanggup
menyelesaikan dengan baik.
Makalah
ini disusun agar pembaca dapat mengetahui tentang KOEFISIEN
FENOL yang kami
sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagi sumber. Makalah ini disusun oleh
penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datng dari diri diri penyusun
maupun yang dating dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan
dari tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah
ini memuat tentang “KOEFISIEN FENOL” yang merupakn tugas dalam mata kuliah Teknik
Analisa Hayati.
Penyusun
juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah banyak membantu
penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun
makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan
keritiknya.
Terima
kasih.
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR………………………………………………….................. 1
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………. 2
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………… 3
- LATAR BELAKANG MASALAH………………………………….…… 3
- RUMUSAN MASALAH…………………………………………….……. 4
- TUJUAN MAKALAH…………………………………………………….. 4
BAB II PMBAHASAN............................................................................................ 4
- BEBERAPA PENGERTIAN DAN ISTILAH KOEFISIEN FENOL…….. 4
- UJI KOEFISIEN FENOL………..………………………………………... 5
- PRINSIP UJI KOEFISIEN FENOL………………….…………………… 9
- METODE KERJA UJI KOEFISIEN FENOL………………...…..……….9
- CONTOH UJI KOEFISEN FENOL………………………………………..9
BAB
III PENUTUP
- KESIMPULAN……………………………………………………………. 15
- SARAN……………………………………………………………………..15
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………16
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pengawasan terhadap
mikroorganisme penyebab penyakit telah menjadi pemikiran para ahli semenjak
penyakit-penyakit mulai dikenal. Berbagai macam substansi telah dicoba untuk
memilih yang paling tepat guna menghilangkan pencemaran oleh jasad renik
terhadap benda-benda baik hidup ataupun mati.
Bahan anti mikroba yang
ditemukan memiliki keefektifan yang bermacam-macam, dan pengunaannya pun
ditujukan terhadap hal-hal yang berbeda-beda pula. Salah satu jenis anti mikroba
dikenal sebagai disinfektan, merupakan suatu zat (biasanya kimia) yang dipakai
untuk maksud disinfeksi pada bahan-bahan tidak bernyawa.
Fenol adalah salah satu contoh
disinfektan yang efektif dalam membunuh kuman. Pada konsentrasi rendah, daya
bunuhnya disebabkan karena fenol mempresipitasikan protein secara aktif, dan
selain itu juga merusak membran sel dengan menurunkan tegangan permukaannya.
Dengan persetujuan para ahli dan peneliti, fenol dijadikan standar pembanding
untuk menentukan aktivitas sesuatu disinfektan.
Zat-zat antimikroba yang
dipergunakan untuk disinfeksi harus diuji keefektifannua. Cara menentukan daya
sterilisasi zat-zat tersebut adalah dengan melakukan tes koefisien fenol. Uji
ini dilakukan untuk membandingkan aktivitas suatu produk (desinfektan) dengan
daya bunuh fenol dalam kondisi tes yang sama. Berbagai pengenceran fenol dan
produk yang dicoba dicampur dengan suatu volume tertentu biakan Salmonella
thyphosa atau Staphylococcus aureus.
Fenol atau asam
karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak
berwarna yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan
strukturnya memiliki gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil.
Fenol memiliki kelarutan terbatas
dalam air,
yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia
dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran
ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O− yang
dapat dilarutkan dalam air.
Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya,
fenol bersifat lebih asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol
dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+.
Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti
itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan
oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin
tersebut dan menstabilkan anionnya
B.
Rumusan
Masalah
Makalah ini disusun
dengan rumusan makalah sebagai berikut :
1. Apa
yang dimaksud dengan Koefisien Fenol?
2. Apa
prinsip atau teori dasar Koefisien Fenol?
3. Bagaimana cara kerja uji Koefisien Fenol?
4. Apa
kelebihan dan kekurangan Koefisien Fenol?
C.
Tujuan
Makalah
Makalah ini disusun
dengan tujuan sebagai berikut :
1. Untuk
mempermudah proses belajar Teknik Analisa Hayati.
2. Utuk
mengetahui cara uji Koefisien Fenol.
3. Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Teknik Analisa Hayati.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Beberapa Pengertian dan Istilah Koefisien
Fenol
Koefisien fenol adalah perbandingan ukuran keampuhan suatu bahan antimikrobial dibandingkan
dengan fenol. Fenol
dijadikan pembanding karena fenol sering digunakan untuk mamtikan
mikroorganisme. Koefisien fenol yang kurang dari 1 menunjukkan bahwa bahan
antimikrobial tersebut kurang efektif dibandingkan fenol. Sebaliknya, apabila
koefisien fenol lebih dari 1 artinya bahan mikrobial tersebut lebih ampuh
daripada fenol
Koefisien fenol ditentukan dengan cara membagi
pengenceran tertinghi dari fenol yang mematikan mikroorganisme
dalam sepuluh menit tetapi tidak mematikannya dalam lima menit terhadap
pengenceran tertinggi bahan antimikrobial yang mematikan mikroorganisme dalam
sepuluh menit tetapi tidak dalam lima menit.
Fenol adalah salah satu contoh disinfektan yang efektif
dalam membunuh kuman. Pada konsentrasi rendah, daya bunuhnya disebabkan karena
fenol mempresipitasikan protein secara aktif, dan selain itu juga merusak
membran sel dengan menurunkan tegangan permukaannya. Dengan persetujuan para
ahli dan peneliti, fenol dijadikan standar pembanding untuk menentukan
aktivitas sesuatu disinfektan.
- Uji Koefisien Fenol
Zat-zat
antimikroba yang dipergunakan untuk disinfeksi harus diuji keefektifannya. Cara
menentukan daya sterilisasi zat-zat tersebut adalah dengan melakukan tes
koefisien fenol. Uji ini dilakukan untuk membandingkan aktivitas suatu produk
(desinfektan) dengan daya bunuh fenol dalam kondisi tes yang sama. Berbagai
pengenceran fenol dan produk yang dicoba dicampur dengan suatu volume tertentu
biakan Salmonella thyphosa atau Staphylococcus aureus.
Tujuan
dari uji koefisien fenol adalah untuk
mengevaluasi daya anti mikroba suatu desinfektan dengan memperkirakan potensi
dan efektifitas desinfektan berdasarkan konsentrasi dan lamanya kontak terhadap
kuman dan membandingkannya terhadap fenol
standard yang disebut koefisien fenol.
Dalam berbagai keperluan tentunya kita telah
mengenal, bahkan mungkin menggunakan beberapa produk keperluan rumah tangga,
laboratorium, atau rumah sakit yang bernama desinfektan. Tidak jarang istilah
desinfektan dirancukan dengan istilah lain yakni antiseptik. Padahal keduanya
memiliki definisi dan fungsi yang berbeda. Desinfektan didefinisikan sebagai
bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk mencegah terjadinya
infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk
membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya.
Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia yang dapat menghambat
atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain-lain pada
jaringan hidup. Bahan desinfektan dapat digunakan untuk proses desinfeksi tangan,
lantai, ruangan, peralatan dan pakaian (Rismana, 2008).
Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang
digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan. Tapi tidak semua bahan
desinfektan adalah bahan antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan
antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan
tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan desinfektan juga
dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses
pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat
berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi.Walaupun kita sering
menggunakan produk desinfektan, sebagian besar konsumen tentunya belum mengenal
jenis bahan kimia apa yang ada dalam produk tersebut. Padahal bahan kimia
tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi dan sangat menentukan
efektivitas dan fungsi serta target mikroorganime yang akan dimatikan (Rismana,
2008).
Beberapa jenis bahan yang berfungsi sebagai desinfektan dijelaskan di bawah ini
Beberapa jenis bahan yang berfungsi sebagai desinfektan dijelaskan di bawah ini
Golongan
aldehid
Bahan kimia golongan aldehid yang umum digunakan antara lain formaldehid, glutaraldehid dan glioksal. Golongan aldehid ini bekerja dengan cara denaturasi dan umum digunakan dalam campuran air dengan konsentrasi 0,5% - 5% . Daya aksi berada dalam kisaran jam, tetapi untuk kasus formaldehid
daya aksi akan semakin jelas dan kuat bila pelarut air diganti dengan alkohol.
Formaldehid pada konsentrasi di bawah 1,5% tidak dapat membunuh ragi dan jamur, dan memiliki ambang batas konsentrasi kerja pada 0,5 ml/m3 atau 0,5 mg/l serta bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Larutan formaldehid dengan konsentrasi 37% umum disebut formalin dan biasa digunakan utuk pengawetan mayat (Rismana, 2008).
Glutaraldehid memiliki daya aksi yang lebih efektif disbanding formaldehid, Sehingga lebih banyak dipilih dalam bidang virologi dan tidak berpotensi karsinogenik. Ambang batas konsentrasi kerja glutaraldehid adalah 0,1 ml/m3 atau 0,1 mg/l. Pada prinsipnya golongan aldehid ini dapat digunakan dengan spektrum aplikasi yang luas, Misalkan formaldehid untuk membunuh mikroorganisme dalam ruangan, peralatan dan lantai, sedangkan glutaraldehid untuk membunuh virus.
Keunggulan golongan aldehid adalah sifatnya yang stabil, persisten, dapat dibiodegradasi, dan cocok dengan beberapa material peralatan. Sedangkan beberapa kerugiannya antara lain dapat mengakibatkan resistensi dari mikroorganisme, untuk formaldehid diduga berpotensi bersifat karsinogen, berbahaya bagi kesehatan, mengakibatkan iritasi pada sistem mukosa, aktivitas menurun dengan adanya protein serta berisiko menimbulkan api dan ledakan (Rismana, 2008).
Golongan alkohol
Golongan alkohol merupakan bahan yang banyak digunakan selain golongan aldehid. Beberapa bahan di antaranya adalah etanol, propanol dan isopropanol. Golongan alkohol bekerja dengan mekanisme denaturasi serta berdaya aksi dalam rentang detik hingga menit dan untuk virus diperlukan waktu di atas 30 menit. Umum dibuat dalam campuran air pada konsentrasi 70-90 %. Golongan alkohol ini tidak efektif untuk bakteri berspora serta kurang efektif bagi virus non-lipoid. Penggunaan pada proses desinfeksi adalah untuk permukaan yang kecil, tangan dan kulit. Adapun keunggulan golongan alkohol ini adalah sifatnya yangn stabil, tidak merusak material, dapat dibiodegradasi, kadang cocok untuk kulit dan hanya sedikit menurun aktivasinya bila berinteraksi dengan protein. Sedangkan beberapa kerugiannya adalah berisiko tinggi terhadap api/ledakan dan sangat cepat menguap (Rismana, 2008).
Golongan pengoksidasi
Bahan kimia yang termasuk golongan pengoksidasi kuat dibagi ke dalam dua golongan yakni peroksida dan peroksigen di antaranya adalah hidrogen peroksida, asam perasetik, kalium peroksomono sulfat, natrium perborat, benzoil peroksida, kalium permanganat. Golongan ini membunuh mikroorganisme dengan cara mengoksidasi dan umum dibuat dalam larutan air berkonsentrasi 0,02 %. Daya aksi berada dalam rentang detik hingga menit, tetapi perlu 0,5 - 2 jam untuk membunuh virus. Pada prinsipnya golongan pengoksidasi dapat digunakan pada spektrum yang luas, misalkan untuk proses desinfeksi permukaan dan sebagai sediaan cair. Kekurangan golongan ini terutama oleh sifatnya yang tidak stabil, korosif, berisiko tinggi menimbulkan ledakan pada konsentrasi di atas 15 %, serta perlu penanganan khusus dalam hal pengemasan dan sistem distribusi/transport (Rismana, 2008).
Golongan halogen
Golongan halogen yang umum digunakan adalah berbasis iodium seperti larutan iodium, iodofor, povidon iodium, sedangkan senyawa terhalogenasi adalah senyawa anorganik dan organik yang mengandung gugus halogen terutama gugus klor, misalnya natrium hipoklorit, klor dioksida, natrium klorit dan kloramin. Golongan ini berdaya aksi dengan cara oksidasi dalam rentang waktu sekira 10-30 menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 1-5%. Aplikasi proses desinfeksi dilakukan untuk mereduksi virus, tetapi tidak efektif untuk membunuh beberapa jenis bakteri gram positif dan ragi. Umum digunakan sebagai desinfektan pada pakaian, kolam renang, lumpur air selokan (Rismana, 2008).
Adapun kekurangan dari golongan halogen dan senyawa terhalogenasi adalah sifatnya yang tidak stabil, sulit dibuat dalam campuran air pada konsentrasi 70-90 %. Golongan alkohol ini tidak efektif untuk bakteri berspora serta kurang efektif bagi virus non-lipoid. Penggunaan pada proses desinfeksi adalah untuk permukaan yang kecil, tangan dan kulit. Adapun keunggulan golongan alkohol ini adalah sifatnya yangn stabil, tidak merusak material, dapat dibiodegradasi, kadang cocok untuk kulit dan hanya sedikit menurun aktivasinya bila berinteraksi dengan protein. Sedangkan beberapa kerugiannya adalah berisiko tinggi terhadap api/ledakan dan sangat cepat menguap (Rismana, 2008).
Golongan fenol
Senyawa golongan fenol dan fenol terhalogenasi yang telah banyak dipakai antara lain fenol (asam karbolik), kresol, para kloro kresol dan para kloro xylenol. Golongan ini berdaya aksi dengan cara denaturasi dalam rentang waktu sekira 10-30 menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 0,1-5%. Aplikasi proses desinfeksi dilakukan untuk virus, spora tetapi tidak baik digunakan untuk membunuh beberapa jenis bakteri gram positif dan ragi. Umum digunakan sebagai dalam proses desinfeksi di bak mandi, permukaan dan lantai, serta dinding atau peralatan yang terbuat dari papan/kayu. Adapun keunggulan dari golongan golongan fenol dan fenol terhalogenasi adalah sifatnya yang stabil, persisten, dan ramah terhadap beberapa jenis material, sedangkan kerugiannya antara lain susah terbiodegradasi, bersifat racun, dan korosif. Golongan garam amonium kuarterner Beberapa bahan kimia yang terkenal dari golongan ini antara lain benzalkonium klorida, bensatonium klorida, dan setilpiridinium klorida (Rismana, 2008).
Golongan ini berdaya aksi dengan cara aktif-permukaan dalam rentang waktu sekira 10-30 menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 0,1%-5%. Aplikasi untuk proses desinfeksi hanya untuk bakteri vegetatif, dan lipovirus terutama untuk desinfeksi peralatannya. Keunggulan dari golongan garam amonium kuarterner adalah ramah terhadap material, tidak merusak kulit, tidak beracun, tidak berbau dan bersifat sebagai pengemulsi, tetapi ada kekurangannya yakni hanya dapat terbiodegradasi sebagian. Kekurangan yang lain yang menonjol adalah menjadi kurang efektif bila digunakan pada pakaian, spon, dan kain pel karena akan terabsorpsi bahan tersebut serta menjadi tidak aktif bila bercampur dengan sabun, protein, asam lemak dan senyawa fosfat.
Salah satu produk yang sudah dipasarkan dari golongan ini diklaim efektif untuk membunuh parvovirus, di mana virus ini merupakan jenis virus hidrofilik
yang sangat susah untuk dimatikan (Rismana, 2008).
Fenol
Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil.
Struktur Fenol
Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O− yang dapat dilarutkan dalam air (Aditya, 2009).
Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya.
Fenol didapatkan melalui oksidasi sebagian pada benzena atau asam benzoat
dengan proses Raschig, Fenol juga dapat diperoleh sebagai hasil dari oksidasi batu bara. Fenol dapat digunakan sebagai antiseptik seperti yang digunakan Sir Joseph Lister saat mempraktikkan pembedahan antiseptik. Fenol merupakan komponen utama pada anstiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai TCP (trichlorophenol). Fenol juga merupakan bagian komposisi beberapa anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik (Aditya, 2009).
Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan (bagian dari produksi aspirin, pembasmi rumput liar, dan lainnya. Fenol yang terkonsentrasi dapat mengakibatkan pembakaran kimiawi pada kulit yang terbuka. Penyuntikan fenol juga pernah digunakan pada eksekusi mati. Penyuntikan ini sering digunakan pada masa Nazi, Perang Dunia II. Suntikan fenol diberikan pada ribuan orang di kemah-kemah, terutama di Auschwitz-Birkenau. Penyuntikan ini dilakukan oleh dokter secara penyuntikan ke vena (intravena) di lengan dan jantung. Penyuntikan ke jantung dapat mengakibatkan kematian langsung (Aditya, 2009).
Bacillus subtilis
Bacillus subtilis berasal dari famili Bacillaceae, bersifat aerob berbentuk basil dan merupakan bakteri gram positif yang membentuk endospora. Umumnya bekteri ini bersifat saprofit yang hidup di tanah, debu, tumbuh – tumbuhan, dan air. Jika hidup pada jaringan manusia, dapat menyebabkan infeksi, seperti infeksi mata.
Rangkaian genom lengkap dari Bacillus subtillis adalah bakteri gram positif pertama. Rangkaian genom ini memberi pengetahuan signifikan terhadap kapasitas bakteri untuk digunakan secara luas sebagai sumber karbon dan untuk mensekresi enzim penting bagi industri dalam jumlah yang besar. Rangkaian ini setidaknya mengandung sepuluh pro fage atau lebih, yang berperan penting untuk infeksi bakteri dalam transfer dari gen selama perkembangan evolusi bakteri.
Publikasi dari rangkaian genom lengkap bakteri gram positif, Bacillus subtilis, memberikan kontribusi yang sangat besar untuk mempelajari bakteri lain dalam golongan ini. Bakteri gram positif mencakup beberapa pathogen pada manusia, seperti penyebab Botulisme, Pneumonia, dan Tuberkulosis. Genom Bacillus subtilis menghasilkan banyak gen yang mengkode transkripsi regulator. Gen ditemukan sebanyak 77 tipe yang berbeda dari protein pentransfer, yang dapat mengambil nutrisi untuk bakteri dan mengeluarkan racun seperti antibiotik.
Media Nutrient Broth
Penyiapan media pertumbuhan mikroorganisme harus mengandung nutrisi yang dibutuhkan bakteri supaya dapat tumbuh membentuk koloni dan harus steril sehingga tidak ada kontaminan dari lingkungan.
Media pertumbuhan dasar untuk bakteri adalah Nutrient Broth (NB), Nutrient Agar (NA), Tryptic Soy Broth (TSB), dan Tryptic Soy Agar (TSA).
Bahan kimia golongan aldehid yang umum digunakan antara lain formaldehid, glutaraldehid dan glioksal. Golongan aldehid ini bekerja dengan cara denaturasi dan umum digunakan dalam campuran air dengan konsentrasi 0,5% - 5% . Daya aksi berada dalam kisaran jam, tetapi untuk kasus formaldehid
daya aksi akan semakin jelas dan kuat bila pelarut air diganti dengan alkohol.
Formaldehid pada konsentrasi di bawah 1,5% tidak dapat membunuh ragi dan jamur, dan memiliki ambang batas konsentrasi kerja pada 0,5 ml/m3 atau 0,5 mg/l serta bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Larutan formaldehid dengan konsentrasi 37% umum disebut formalin dan biasa digunakan utuk pengawetan mayat (Rismana, 2008).
Glutaraldehid memiliki daya aksi yang lebih efektif disbanding formaldehid, Sehingga lebih banyak dipilih dalam bidang virologi dan tidak berpotensi karsinogenik. Ambang batas konsentrasi kerja glutaraldehid adalah 0,1 ml/m3 atau 0,1 mg/l. Pada prinsipnya golongan aldehid ini dapat digunakan dengan spektrum aplikasi yang luas, Misalkan formaldehid untuk membunuh mikroorganisme dalam ruangan, peralatan dan lantai, sedangkan glutaraldehid untuk membunuh virus.
Keunggulan golongan aldehid adalah sifatnya yang stabil, persisten, dapat dibiodegradasi, dan cocok dengan beberapa material peralatan. Sedangkan beberapa kerugiannya antara lain dapat mengakibatkan resistensi dari mikroorganisme, untuk formaldehid diduga berpotensi bersifat karsinogen, berbahaya bagi kesehatan, mengakibatkan iritasi pada sistem mukosa, aktivitas menurun dengan adanya protein serta berisiko menimbulkan api dan ledakan (Rismana, 2008).
Golongan alkohol
Golongan alkohol merupakan bahan yang banyak digunakan selain golongan aldehid. Beberapa bahan di antaranya adalah etanol, propanol dan isopropanol. Golongan alkohol bekerja dengan mekanisme denaturasi serta berdaya aksi dalam rentang detik hingga menit dan untuk virus diperlukan waktu di atas 30 menit. Umum dibuat dalam campuran air pada konsentrasi 70-90 %. Golongan alkohol ini tidak efektif untuk bakteri berspora serta kurang efektif bagi virus non-lipoid. Penggunaan pada proses desinfeksi adalah untuk permukaan yang kecil, tangan dan kulit. Adapun keunggulan golongan alkohol ini adalah sifatnya yangn stabil, tidak merusak material, dapat dibiodegradasi, kadang cocok untuk kulit dan hanya sedikit menurun aktivasinya bila berinteraksi dengan protein. Sedangkan beberapa kerugiannya adalah berisiko tinggi terhadap api/ledakan dan sangat cepat menguap (Rismana, 2008).
Golongan pengoksidasi
Bahan kimia yang termasuk golongan pengoksidasi kuat dibagi ke dalam dua golongan yakni peroksida dan peroksigen di antaranya adalah hidrogen peroksida, asam perasetik, kalium peroksomono sulfat, natrium perborat, benzoil peroksida, kalium permanganat. Golongan ini membunuh mikroorganisme dengan cara mengoksidasi dan umum dibuat dalam larutan air berkonsentrasi 0,02 %. Daya aksi berada dalam rentang detik hingga menit, tetapi perlu 0,5 - 2 jam untuk membunuh virus. Pada prinsipnya golongan pengoksidasi dapat digunakan pada spektrum yang luas, misalkan untuk proses desinfeksi permukaan dan sebagai sediaan cair. Kekurangan golongan ini terutama oleh sifatnya yang tidak stabil, korosif, berisiko tinggi menimbulkan ledakan pada konsentrasi di atas 15 %, serta perlu penanganan khusus dalam hal pengemasan dan sistem distribusi/transport (Rismana, 2008).
Golongan halogen
Golongan halogen yang umum digunakan adalah berbasis iodium seperti larutan iodium, iodofor, povidon iodium, sedangkan senyawa terhalogenasi adalah senyawa anorganik dan organik yang mengandung gugus halogen terutama gugus klor, misalnya natrium hipoklorit, klor dioksida, natrium klorit dan kloramin. Golongan ini berdaya aksi dengan cara oksidasi dalam rentang waktu sekira 10-30 menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 1-5%. Aplikasi proses desinfeksi dilakukan untuk mereduksi virus, tetapi tidak efektif untuk membunuh beberapa jenis bakteri gram positif dan ragi. Umum digunakan sebagai desinfektan pada pakaian, kolam renang, lumpur air selokan (Rismana, 2008).
Adapun kekurangan dari golongan halogen dan senyawa terhalogenasi adalah sifatnya yang tidak stabil, sulit dibuat dalam campuran air pada konsentrasi 70-90 %. Golongan alkohol ini tidak efektif untuk bakteri berspora serta kurang efektif bagi virus non-lipoid. Penggunaan pada proses desinfeksi adalah untuk permukaan yang kecil, tangan dan kulit. Adapun keunggulan golongan alkohol ini adalah sifatnya yangn stabil, tidak merusak material, dapat dibiodegradasi, kadang cocok untuk kulit dan hanya sedikit menurun aktivasinya bila berinteraksi dengan protein. Sedangkan beberapa kerugiannya adalah berisiko tinggi terhadap api/ledakan dan sangat cepat menguap (Rismana, 2008).
Golongan fenol
Senyawa golongan fenol dan fenol terhalogenasi yang telah banyak dipakai antara lain fenol (asam karbolik), kresol, para kloro kresol dan para kloro xylenol. Golongan ini berdaya aksi dengan cara denaturasi dalam rentang waktu sekira 10-30 menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 0,1-5%. Aplikasi proses desinfeksi dilakukan untuk virus, spora tetapi tidak baik digunakan untuk membunuh beberapa jenis bakteri gram positif dan ragi. Umum digunakan sebagai dalam proses desinfeksi di bak mandi, permukaan dan lantai, serta dinding atau peralatan yang terbuat dari papan/kayu. Adapun keunggulan dari golongan golongan fenol dan fenol terhalogenasi adalah sifatnya yang stabil, persisten, dan ramah terhadap beberapa jenis material, sedangkan kerugiannya antara lain susah terbiodegradasi, bersifat racun, dan korosif. Golongan garam amonium kuarterner Beberapa bahan kimia yang terkenal dari golongan ini antara lain benzalkonium klorida, bensatonium klorida, dan setilpiridinium klorida (Rismana, 2008).
Golongan ini berdaya aksi dengan cara aktif-permukaan dalam rentang waktu sekira 10-30 menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 0,1%-5%. Aplikasi untuk proses desinfeksi hanya untuk bakteri vegetatif, dan lipovirus terutama untuk desinfeksi peralatannya. Keunggulan dari golongan garam amonium kuarterner adalah ramah terhadap material, tidak merusak kulit, tidak beracun, tidak berbau dan bersifat sebagai pengemulsi, tetapi ada kekurangannya yakni hanya dapat terbiodegradasi sebagian. Kekurangan yang lain yang menonjol adalah menjadi kurang efektif bila digunakan pada pakaian, spon, dan kain pel karena akan terabsorpsi bahan tersebut serta menjadi tidak aktif bila bercampur dengan sabun, protein, asam lemak dan senyawa fosfat.
Salah satu produk yang sudah dipasarkan dari golongan ini diklaim efektif untuk membunuh parvovirus, di mana virus ini merupakan jenis virus hidrofilik
yang sangat susah untuk dimatikan (Rismana, 2008).
Fenol
Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil.
Struktur Fenol
Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O− yang dapat dilarutkan dalam air (Aditya, 2009).
Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya.
Fenol didapatkan melalui oksidasi sebagian pada benzena atau asam benzoat
dengan proses Raschig, Fenol juga dapat diperoleh sebagai hasil dari oksidasi batu bara. Fenol dapat digunakan sebagai antiseptik seperti yang digunakan Sir Joseph Lister saat mempraktikkan pembedahan antiseptik. Fenol merupakan komponen utama pada anstiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai TCP (trichlorophenol). Fenol juga merupakan bagian komposisi beberapa anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik (Aditya, 2009).
Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan (bagian dari produksi aspirin, pembasmi rumput liar, dan lainnya. Fenol yang terkonsentrasi dapat mengakibatkan pembakaran kimiawi pada kulit yang terbuka. Penyuntikan fenol juga pernah digunakan pada eksekusi mati. Penyuntikan ini sering digunakan pada masa Nazi, Perang Dunia II. Suntikan fenol diberikan pada ribuan orang di kemah-kemah, terutama di Auschwitz-Birkenau. Penyuntikan ini dilakukan oleh dokter secara penyuntikan ke vena (intravena) di lengan dan jantung. Penyuntikan ke jantung dapat mengakibatkan kematian langsung (Aditya, 2009).
Bacillus subtilis
Bacillus subtilis berasal dari famili Bacillaceae, bersifat aerob berbentuk basil dan merupakan bakteri gram positif yang membentuk endospora. Umumnya bekteri ini bersifat saprofit yang hidup di tanah, debu, tumbuh – tumbuhan, dan air. Jika hidup pada jaringan manusia, dapat menyebabkan infeksi, seperti infeksi mata.
Rangkaian genom lengkap dari Bacillus subtillis adalah bakteri gram positif pertama. Rangkaian genom ini memberi pengetahuan signifikan terhadap kapasitas bakteri untuk digunakan secara luas sebagai sumber karbon dan untuk mensekresi enzim penting bagi industri dalam jumlah yang besar. Rangkaian ini setidaknya mengandung sepuluh pro fage atau lebih, yang berperan penting untuk infeksi bakteri dalam transfer dari gen selama perkembangan evolusi bakteri.
Publikasi dari rangkaian genom lengkap bakteri gram positif, Bacillus subtilis, memberikan kontribusi yang sangat besar untuk mempelajari bakteri lain dalam golongan ini. Bakteri gram positif mencakup beberapa pathogen pada manusia, seperti penyebab Botulisme, Pneumonia, dan Tuberkulosis. Genom Bacillus subtilis menghasilkan banyak gen yang mengkode transkripsi regulator. Gen ditemukan sebanyak 77 tipe yang berbeda dari protein pentransfer, yang dapat mengambil nutrisi untuk bakteri dan mengeluarkan racun seperti antibiotik.
Media Nutrient Broth
Penyiapan media pertumbuhan mikroorganisme harus mengandung nutrisi yang dibutuhkan bakteri supaya dapat tumbuh membentuk koloni dan harus steril sehingga tidak ada kontaminan dari lingkungan.
Media pertumbuhan dasar untuk bakteri adalah Nutrient Broth (NB), Nutrient Agar (NA), Tryptic Soy Broth (TSB), dan Tryptic Soy Agar (TSA).
- PRINSIP UJI KOEFISIEN FENOL
membandingkan
aktivitas suatu produk (desinfektan) dengan daya bunuh fenol dalam kondisi tes
yang sama. Berbagai pengenceran fenol dan produk yang dicoba dicampur dengan
suatu volume tertentu biakan bakteri.
- Metode Kerja Uji Koefisien Fenol
Cara
Melakukan Uji Koefisien Fenol
Perbandingan
aktivitas fenol dengan pengenceran baku terhadap aktivitas sampel dengan
pengenceran tertentu, MIC ( konsentrasi terendah dimana pertumbuhan bakteri
terhambat ) suatu antiseptik terhadap bakteri tertentu
Metode
pegenceran bertingkat dengan mengurangi konsentrasi zat sebanyak setengah dari
konsentrasi awal dengan volume yang sama
Metode turbidimetri, menentukan takaran dengan melihat kekeruhan yang terjadi setelah percobaan dilakukan
Metode turbidimetri, menentukan takaran dengan melihat kekeruhan yang terjadi setelah percobaan dilakukan
V1
C1 = V2 C2
Hasil
kali konsentrasi dengan volume senyawa yang semula digunakan adalah sama dengan
hasil kali konsentrasi senyawa tersebut dalam volume setelah pengenceran.
I.
Tujuan : Tujuan dari praktikum uji koefisien
fenol adalah untuk
mengevaluasi daya anti mikroba suatu desinfektan dengan memperkirakan potensi
dan efektifitas desinfektan berdasarkan konsentrasi dan lamanya kontak terhadap
kuman dan membandingkannya terhadap
fenol standard yang disebut koefisien fenol.
II.
Prinsip : Pertumbuhan bakteri uji
pada media yang sesuai setelah bakteri tersebut kontak dengan disinfektan dalam
waktu 5, 10, dan 15 menit.
III.
Alat dan Bahan :
·
Alat
:
o
Tabung reaksi
o
Ose/sengkelit
o
Pencatat waktu (stopwatch)
o
Mc Farland III (109 kuman/ml)
o
Vortex
o
Stiker label
o
Spiritus
·
Bahan
:
o
Kaldu nutrisi (Nutrient Broth)
o
Air suling steril
o
Staphylococcus
aureus ATCC 25953 dalam agar nutrisi (Gram +)
o
Salmonella
thyphosa ATCC 6539 dalam agar nutrisi (Gram -)
o
Larutan NaCl fisiologis 0,9%
o
Fenol standar
o
Desinfektan uji
IV.
Dasar
Teori :
Zat-zat
antimikroba yang dipergunakan untuk disinfeksi harus diuji keefektifannua. Cara
menentukan daya sterilisasi zat-zat tersebut adalah dengan melakukan tes
koefisien fenol. Uji ini dilakukan untuk membandingkan aktivitas suatu produk
(desinfektan) dengan daya bunuh fenol dalam kondisi tes yang sama. Berbagai
pengenceran fenol dan produk yang dicoba dicampur dengan suatu volume tertentu
biakan Salmonella thyphosa
atau Staphylococcus
aureus.
V.
Cara
Kerja
1.
Pembuatan
media
Media
kaldu nutrisi (Nutrient Broth) dimasukkan dalam 12 tabung reaksi ukuran 20 x
150 mm, volume masing-masing dibuat 5 ml. Komposisi perliter terdiri dari
pepton 10 g, ekstrak daging 5 g, dan NaCl 5 g; pH akhir 6,8.
1. Pembuatan inokulum
Bakteri
Salmonella thyphosa atau Staphylococcus aureus sebelumnya telah
ditanam pada agar nutrisi (Nutrient Agar) miring dan diinkubasi pada suhu 37°C
selama 24-48 jam.
Tahap pengenceran bakteri uji adalah sebagai berikut:
Tahap pengenceran bakteri uji adalah sebagai berikut:
a. Siapkan tabung reaksi berisi 2 ml
NaCl fisiologis 0,9%
b. Pindahkan biakan S. thyphosa atau
S. aureus tersebut (pilih salah satu) ke dalam larutan NaCl dengan ose,
dan setarakan kekeruhannya dengan larutan Mc Farland III (109 kuman/ml)
c. Suspensi kuman tersebut kini
diperkirakan berisi 109 kuman/ml
d. Siapkan 3 buah tabung reaksi
masing-masing berisi 4,5 ml NaCl fisiologis 0,9%
e. Pipet 0,5 ml dari suspensi kuman
sebelumnya (109 kuman/ml), pindahkan ke salah satu tabung reaksi berisi 4,5 ml
NaCl. Suspensi kuman kini berkonsentrasi 108 kuman/ml
f. Lakukan pengenceran kedua dengan
mengambil 0,5 ml dari suspensi kuman 108 dan memindahkannya ke dalam tabung
berisi 4,5 NaCl yang kedua. Suspensi kuman kini berkonsentrasi 107 kuman/ml
g. Pengenceran terakhir dilakukan
dengan memindahkan 0,5 ml dari suspensi kuman 107 ke dalam tabung terakhir
NaCl. Suspensi kuman telah setara dengan 106 kuman/ml. Suspensi bakteri dengan
konsentrasi inilah yang akan digunakan untuk melakukan uji praktikum ini.
1. Pembuatan larutan baku fenol
Dibuat
larutan persediaan baku fenol 5% dengan cara menimbang 2,5 g fenol dalam 50 ml
air suling steril. Kemudian dilakukan pengenceran konsentrasi menjadi 1:80
dengan mempipet 12,5 ml larutan fenol 5% ditambahkan dengan 37,5 ml air suling
steril pada tabung steril ukuran 25 x 150 mm.
1. Pembuatan larutan desinfektan
Pengenceran
larutan desinfektan dilakukan pada tabung steril berukuran 25 x 150 mm.
Tahapannya adalah sebagai berikut:
a. Siapkan 4 buah tabung steril
berisi aquades dengan volume yang berbeda-beda di dalamnya yaitu 9 ml, 7 ml,
4,5 ml, dan 7 ml, secara berurutan
b. Lakukan pengenceran pertama
dengan mempipet 1 ml larutan desinfektan ke dalam 9 ml air suling sehingga
konsentrasi menjadi 1:10
c. Pengenceran selanjutnya adalah
dengan memindahkan 1 ml desinfektan 1:10 ke dalam tabung berisi 7 ml air
suling. Konsentrasi desinfektan pada tabung ini adalah 1:80
d. Pindahkan 0,5 ml desinfektan 1:80
ke dalam 4,5 ml aquades sehingga konsentrasi kini 1:100
e. Pipet 0,5 ml desinfektan 1:100 ke
dalam tabung berisi 7 ml air suling sehingga konsentrasi pada tabung ini adalah
1:150
f. Desinfektan yang akan dipakai
selanjutnya adalah yang konsentrasinya 1:80, 1:100, dan 1:150. Oleh karena itu,
samakan volumenya masing-masing menjadi 5 ml
Media,
bakteri uji, larutan fenol, dan desinfektan telah disiapkan. Dengan demikian
kita dapat melakukan inokulasi kuman uji dalam desinfektan dan fenol dengan
memperhitungkan waktu kontak 5, 10, dan 15 menit secara akurat. Label 12 tabung
berisi Nutrient both dengan menandai F5’, F10’, F15’, DES 1:80 5’, DES 1:80
10’, DES 1:80 15’, DES 1:100 5’, DES 1:100 10’, DES 1:100 15’, DES 1:150 5’,
DES 1:150 10’, DES 1:150 15’.
·
Uji
Fenol
Pipet
inokulum berkonsentrasi 106 kuman/ml sebanyak 0,5 ml ke dalam larutan fenol
1:80. Tunggu sampai 5 menit, ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung
berlabel F5’. Lima menit kemudian, ambil lagi 1 ose dari campuran tersebut ke
dalam tabung F10’. Setelah lima menit kemudian, ambil 1 ose dari campuran
tersebut ke dalam tabung F15’.
·
Uji
I 1:80
Pipet
inokulum berkonsentrasi 106 kuman/ml sebanyak 0,5 ml ke dalam desinfektan 1:80.
Tunggu sampai 5 menit, ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung
berlabel DES 1:80 5’. Lima menit kemudian, ambil lagi 1 ose dari campuran
tersebut ke dalam tabung DES 1:80 10’. Setelah lima menit kemudian, ambil 1 ose
dari campuran tersebut ke dalam tabung DES 1:80 15’.
·
Uji
II 1:100
Pipet
inokulum berkonsentrasi 106 kuman/ml sebanyak 0,5 ml ke dalam desinfektan
1:100. Tunggu sampai 5 menit, ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam
tabung berlabel DES 1:100 5’. Lima menit kemudian, ambil lagi 1 ose dari
campuran tersebut ke dalam tabung DES 1:100 10’. Setelah lima menit kemudian,
ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung DES 1:100 15’.
·
Uji
III 1:150
Pipet
inokulum berkonsentrasi 106 kuman/ml sebanyak 0,5 ml ke dalam desinfektan
1:150. Tunggu sampai 5 menit, ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam
tabung berlabel DES 1:150 5’. Lima menit kemudian, ambil lagi 1 ose dari
campuran tersebut ke dalam tabung DES 1:150 10’. Setelah lima menit kemudian,
ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung DES 1:150 15’.
Tabung-tabung reaksi uji kemudian dieramkan di dalam inkubator pada suhu 37°C selama 24-48 jam.
Diamati ada tidaknya pertumbuhan bakteri pada setiap tabung
Pengamatan :
Tabung-tabung reaksi uji kemudian dieramkan di dalam inkubator pada suhu 37°C selama 24-48 jam.
Diamati ada tidaknya pertumbuhan bakteri pada setiap tabung
Pengamatan :
(+)
keruh : ada pertumbuhan
(-)
jernih : tidak ada pertumbuhan
VI.
Data
Pengamatan
Setelah
tabung reaksi diinkubasi padsa suhu 37°C selama 24 - 48 jam, maka didapatkan
hasil sebagai berikut:
Jenis
pengenceran |
Waktu / menit
|
|||
5
|
10
|
15
|
||
FENOL
|
1 : 80
|
+
|
+
|
_
|
DESINFEKTAN
|
1 : 80
|
_
|
_
|
_
|
DESINFEKTAN
|
1 : 100
|
_
|
_
|
_
|
DESINFEKTAN
|
1 : 150
|
+
|
_
|
_
|
VII.
Perhitungan
Koefisien
fenol adalah hasil bagi dari faktor pengenceran tertinggi desinfektan dengan
faktor pengenceran tertinggi baku fenol yang masing-masing dapat membunuh
bakteri uji dalam jangka waktu 10 menit, tetapi tidak membunuh dalam jangka
waktu 5 menit.
VIII. Pembahasan
Dari pengamatan praktikum kali ini
didapatkan hasil tes fenol 1:80, suatu desinfektan dengan konsentrasi 1:80,
1:100, dan 1:150. Tes fenol dengan pengenceran 1:80 pada tabel di atas
menunjukkan bahwa kuman masih hidup sampai menit ke-10 namun setelah 15 menit,
kuman tersebut mati. Hal ini cukup rasional oleh karena semakin lama fenol
tersebut bekerja, semakin efektif pula daya disinfeksinya.
Pada pengenceran suatu desinfektan
1:80, tidak terdapat kuman sama sekali dari menit ke-5 sampai menit ke-15.
Dengan hasil tersebut, asumsi kami adalah desinfektan ini memiliki
kefektifitasan yang cukup bagus sehingga dapat langsung membunuh kuman dengan
cepat.
Sementara pada pengenceran 1:100, tabung reaksi juga tidak menampakkan kekeruhan dan disimpulkan bahwa tidak ada bakteri yang hidup.
Sementara pada pengenceran 1:100, tabung reaksi juga tidak menampakkan kekeruhan dan disimpulkan bahwa tidak ada bakteri yang hidup.
Namun pada pengenceran desinfektan
yang terakhir, yaitu 1:150, terdapat kekeruhan di menit ke-5 tetapi tidak pada
menit ke-10 dan ke-15. Kekeruhan pada pengenceran terakhir ini menimbulkan
keraguan pada hasil dari pengenceran 1:100, atau pada pengenceran 1:150 ini.
Oleh karena kesalahan yang kami lakukan pada praktikum ini, kita tidak dapat melakukan perhitungan koefisien fenol.Terjadinya hal ini dapat diakibatkan oleh berbagai faktor kemungkinan. Faktor-faktor kemungkinan penyebab terjadinya kesalahan kami antara lain adalah:
Oleh karena kesalahan yang kami lakukan pada praktikum ini, kita tidak dapat melakukan perhitungan koefisien fenol.Terjadinya hal ini dapat diakibatkan oleh berbagai faktor kemungkinan. Faktor-faktor kemungkinan penyebab terjadinya kesalahan kami antara lain adalah:
·
Pengerjaan praktikum secara paralel
Kegagalan
yang terjadi dalam praktikum ini mungkin juga disebabkan oleh pengerjaan tabung
Uji Disinfektan secara paralel yang saat itu dimaksudkan untuk mempersingkat
waktu pengerjaan. Pengerjaan secara paralel tersebut telah mengakibatkan
ketidakakuratan dan ketidaktelitian perhitungan waktu yang diperlukan.
·
Ketidakakuratan dalam pengambilan
kuman menggunakan ose
Dalam
menginokulasi kuman uji terhadap desinfektan, kami memindahkan kuman tersebut
hanya dengan 1 ose. Dengan penggunaan ose, terdapat kemungkinan kuman tidak
terangkat sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan. Sebab pada percobaan kami,
banyak kuman yang mati. Pengambilan kuman dengan 2 ose mungkin dapat lebih
akurat.
·
Penggunaan spiritus yang berlebihan
Banyaknya
kuman yang mati juga dapat disebabkan terlalu seringnya dilakukan flambir pada
pembuatan inokulum dan pada penginokulasian kuman uji terhadap desinfektan.
Kuman S. aureus dan S. thyphosa tumbuh optimum pada suhu 37°C,
oleh karena itu tidak diperlukan suhu panas yang berlebihan.
·
Pengenceran desinfektan yang tidak
akurat
Pada
percobaan kali ini, kami mungkin juga melakukan kesalahan ketika melakukan
pengenceran desinfektan ke dalam 1:80, 1:100, 1:150. Pengenceran yang dilakukan
tidak akurat, yaitu terlalu banyak desinfektan yang terkandung dalam 1:80 atau
1:100, sehingga desinfektan terlalu pekat dan tidak sebanding dengan jumlah
kuman yang dibiakkan.
IX.
Kesimpulan
Dari percobaan yang kami lakukan tidak dapat
diambil kesimpulan karena tidak ditemukan hasil yang sesuai.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Koefisien
fenol adalah
perbandingan ukuran keampuhan suatu bahan antimikrobial dibandingkan
dengan fenol. Fenol
dijadikan pembanding karena fenol sering digunakan untuk mamtikan
mikroorganisme. Koefisien fenol yang kurang dari 1 menunjukkan bahwa bahan
antimikrobial tersebut kurang efektif dibandingkan fenol. Sebaliknya, apabila
koefisien fenol lebih dari 1 artinya bahan mikrobial tersebut lebih ampuh
daripada fenol
Tujuan dari uji koefisien fenol adalah untuk mengevaluasi daya anti mikroba suatu
desinfektan dengan memperkirakan potensi dan efektifitas desinfektan
berdasarkan konsentrasi dan lamanya kontak terhadap kuman dan membandingkannya
terhadap fenol standard yang disebut koefisien fenol.
PRINSIP UJI
KOEFISIEN FENOL membandingkan aktivitas suatu
produk (desinfektan) dengan daya bunuh fenol dalam kondisi tes yang sama.
Berbagai pengenceran fenol dan produk yang dicoba dicampur dengan suatu volume
tertentu biakan bakteri.
B. Saran
Penulis
berharap Uji Koefisien Fenol yang telah disajikan dalam bab pembahasan dapat
dijadikan referensi ataupun tambahan wawasan bagi pembaca sehingga dapat
membedakannya dan dapat menerapkanya secara tepat dengan tujuan memajukan
pendidikan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
- http://pharzone.com/blog/50-mikrobiologi/108-uji-koefisien-fenol.html
- http://id.wikipedia.org/wiki/Fenol
- JEWETZ, 2007, MIKROBIOLOGI KEDOKTRAN,CETAKAN I EDISI 23, JAKARTA : BUKU KEDOKTERAN EGC.
1 komentar:
mgsukses gan..
Posting Komentar